Minggu, 05 April 2015

PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA DALAM MEMBANGUN BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA DALAM MEMBANGUN BANGSA
ABSTRAK
Manusia adalah ciptaan Yang Maha Kuasa yang paling istimewa. Dimana Tuhan menciptakan manusia dengan segala bentuk yang beranekaragam. Seperi yang kita ketahui bersama cita-cita bangsa indonesia adalah menjadi negara yang besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Fenomena merosotnya karakter berbangsa di Tanah Air ini disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat berganti generasi. Disamping itu, lemahnya implementasi nilai-nilai berkarakter di lembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan. Akibatnya, perilaku-prilaku tidak normatif tersebut merusak kehidupan berbangsa.
Agar manusia tidak terjerumus ke jalan yang salah maka manusia perlu bimbingan atau arahan. Bimbingan dan arahan tersebutlah yang dapat kita wujudkan melalui pendidikan. Bimbingan dan arahan tersebut dapat kita wujudkan melalui Pendidikan Karakter. Melalui pendidikan ini manusia dapat lebih paham lagi dengan hal-hal yang baik, yang selaras dengan norma yang ada di masyarakat. Dan didalam pendidiakn itu lah, melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan, mereka pernah dididik dan di ajari untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan kompetensi, dan juga nilai-nilai karakter dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam melalui pendidikan karakter ini kita dapat mewujudkan salah satu tujuan
bangsa Indonesia yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
  
Latar Belakang Masalah
Pancasila merupakan ideology dari bangsa Indonesia. Dimana di dalam pancasila tersebut ada terkandung nilai-nilai yang harus diaplikasikan oleh setiap warga Negara. Dimana pancasila tersebut memiliki lima nilai. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut banyak yang sudah menyimpang atau dilanggar oleh rakyat Indonesia. Hal ini terlihat jelas pada banga indonesia, yakni terlihat pada ketidak adanya persatuan, korupsi yang di lakukan pemerintah serta keadilan yang belum tercapai semaksimal mungkin. Tindakan ini lah yang menunjukan ketidak berkarakteran yang menghancurkan bangsa. Kita lihat juga anak bangsa pada saat ini, khusus nya kaum anak muda masih banyak yang tidak memiliki karakter.
            Pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas dan berkarakter. Pembentukan karakter tidak semata-mata menjadi tugas guru atau sekolah, melainkan juga keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai karakter antara lain meliputi keberanian, kejujuran, hormat pada orang lain, disiplin. Siswa yang berkarakter akan dapat meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan ahklak mulia peserta didik secara utuh. Melalalui pendidikan karakter diharapkan siswa didik mampu secara mandiri meningkatkan  dan menggunakan pengetahuannya, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan ahklak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Kajian Teoritis
a.      Pengertian Pendidikan
“Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan adalah proses pelatihan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter, dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan formal. Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola, maka ada hal-hal yang baik dan tidak baik diatur dalam melaksanakan pola tertentu itu.

b.      Pengertian Karakter
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang dibuatnya. Menurut Furqon Hidayatullah (2010:13), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong atau penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

c.       Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga  sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pendidikan karakter disekolah sangat terkait dengan pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan disekolah secara memadai. Membentuk karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Seorang siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga pihak yang mempunyai peran penting, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pembentukan karakter, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, seorang siswa mengerti baik dan buruk. Ia mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, ia mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, seorang siswa tidak mau menyontek ketika ulangan tengah berlangsung. Karena menyontek adalah kebiasaan  buruk, ia tidak mau melakukannya. Ketiga, siswa di dalam lingkungannya mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Karakter-karakter yang baik harusnya dapat dipelihara. Hal pertama yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter seorang siswa adalah dirumah. Ketika usia mereka di bawah tujuh tahun adalah masa terpenting dalam menanamkan karakter pada anak.  Dalam hal ini, orang tua (keluarga) perlu menanamkan karakter tersebut sehingga pembangunan watak, akhlak atau karakter bangsa (nation and character building,), mulai tumbuh dan dapat berkembang dalam kesehariannya.
Selanjutnya, dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolah. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya siswa yang acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin kejujuran.
Dalam hal ini, sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pada setiap siswa.

d.      Cara menjadi Guru Teladan dalam Pendidikan Berkarakter di Sekolah
Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu, diantaranya: Pertama, Guru harus meneladani Tuhan Yang Maha Esa sebagai teladan seluruh alam. Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Bercermin pada filosofi ”gayung mandi”, dalam mendidik karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan untuk mandi bertujuan membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada peserta didiknya.
Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan perbuatan.
1.     Tahapan pertama pemikiran; merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan karakter negatif.
2.      Tahap kedua dalam mendidik karakter ini diistilahkan dengan perasaan; merupakan tahap mencintai dan membutuhkan karakter positif. Pada tahapan ini guru berusaha menyentuh hati dan jiwa siswa bukan lagi akal, rasio dan logika. Diharapkan pada tahapan ini akan muncul kesadaran dari hati yang paling dalam akan pentingnya karakter positif, yang pada akhirnya akan melahirkan dorongan/keinginan yang kuat dari dalam diri untuk mempraktikkan karakter tersebut dalam kesehariannya.
3.      Tahap ketiga perbuatan berperan; pada tahapan ini dorongan/keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa menjadi lebih santun, ramah, penyayang, rajin, jujur, dan semakin menyenangkan, menyejukkan pandangan serta hati siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya.
4.       Keempat, Guru harus mengetahui bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa. Tanamkan pengertian betapa pentingnya "cinta" dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal balik. Ciptakan hubungan yang mesra, agar siswa peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan kita serta tumbuhkan rasa sayang terhadap sesama.
5.       Kelima, guru harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran. Mengajar bukan untuk sekadar melepaskan tugas, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.
Dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita mulia ini. Guru harus mampu menjadi modelnya. Kita tidak akan mampu membuat siswa rajin, tepat waktu, bertanggung jawab dan lain sebagainya, jika kita tidak duluan mempraktikkannya. Negeri ini tidak hanya membutuhkan pendidikan karakter, tapi negeri ini sangat membutuhkan teladan dari pendidik karakter dan teladan dari semua komponen bangsa. Dengan demikian keinginan untuk membentuk generasi Indonesia yang santun, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan memiliki kepenasaranan intelektual sebagai modal dalam membangun kreatifitas dan daya inovasi dapat terwujud sesuai harapan.

e.       Prinsip Pendidikan Karakter
Karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah 11 prinsip-prinsp pendidikan karakter.
1        Komnitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
2        Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif,  di dalamnya  mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
3        Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam  pengembangan karakter.
4        Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)
5        Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
6        Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh  peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
7        Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri  yang kuat
8        Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa  berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi  sosok teladan bagi para siswa.
9        Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan  pendidikan karakter dalam jangka panjang.
10   Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.

f.       Aktivitas Belajar
Inti pendidikan adalah belajar, tanpa belajar tidak ada kegiatan pendidikan. Proses pembelajaran merupakan aktivitas pendidikan yang diupayakan oleh pendidik agar pada diri peserta didik berkembang kegiatan dalam suasana belajar tertentu untuk mencapai keberhasilan pendidikan sebagaimana dikehendaki, yaitu pribadi yang berkarakter. Batasan tentang belajar bermacam-macam, tetapi satu yaitu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Dengan demikian, aktivitas belajar berada dalam suasna yang aktif dan dinamis untuk meraih sesuatu yang baru.
Belajar juga memiliki Dimensi yaitu:
1.      Dimensi tahu
2.      Dimensi bisa
3.      Dimensi mau
4.      Dimensi biasa
5.      Dimensi ikhlas

Analisis Teoritis
Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik. Karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan ahklak mulia peserta didik. Munculnya pendidikan karakter ini dilatarbelakangi oleh semakin terkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia.
Maka dari itu, perlu dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Negeri ini tidak hanya membutuhkan pendidikan karakter, tapi negeri ini sangat membutuhkan teladan dari pendidik karakter dan teladan dari semua komponen bangsa. Dengan demikian keinginan untuk membentuk generasi Indonesia yang santun, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan memiliki kepenasaranan intelektual sebagai modal dalam membangun kreatifitas dan daya inovasi dapat terwujud sesuai harapan.

KESIMPULAN
              Pendidikan merupakan suatu usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilik kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan prilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Jadi pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga  sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pendidikan karakter tidak hanya di temukan di lingkungan sekolah melainkan di lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga yang di temui sehari-hari. Perlu kita ketahui pendidikan karakter dapat meningkatkan SDM bangsa kita ini.

SARAN
Agar bangsa dan negara kita memiliki kemajuan kedepannya, maka kita harus menanmkan karakter pada anak usia dini. Karena kelak mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang menentukan kemana bangsa kita ini kelak. Apakah jatuh ke dalam kehancuran atau menyelamatkan bangsa kita dari kehancuran. Mari sama-sama kita membangun bangsa kita, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari yang terkecil, dan yang paling penting dimulai dari sekarang.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik atas tulisan ini demi kemajuan kemampuan penulis dalam menuliskan tentang artikel yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Furqon., 2010. Pendidikan Karakter:Membangun Peradaban Bangsa. Yogyakarta : Lingkar Media.
Manullang, Belferik. & Prayitno., 2010. Pendidikan Karakter. Medan : Pascasarjana UNIMED.





1 komentar:

  1. MASIH HARUS DIPERBAIKI KEMBALI TERUTAMA DALAM KAJIAN TEORITIS KARENA CARA PENULISAN BODY NOTE TIDAK SESUAI DENGAN PANDUAN PENULISAN YANG DIBERIKAN.
    BENTUK HURUF TIDAK SAMA BAHKAN BERBEDA-BEDA BENTUK HURUFNYA, COBA PERHATIKAN KEMBALI TULISAN ANDA, PASTI ADA YANG SALAH DALAM PENULISANNYA.
    ANALISIS TEORITISNYA TIDAK JELAS ENTAH YANG MANA ITU DALAM TULISAN ANDA INI.

    BalasHapus